It's rather emotional & short. Many typo (i guess?)
Nii-chama~ Risu pergi dulu ya~
dengan santainya gadis berambut hitam panjang itu pergi meninggalkan aku yang
tengah termenung di tempat yang di sebut teras rumah. Dia pergi seolah-olah aku
yang notabene kakaknya tidak peduli ataupun cemas akan kepergiannya. Seiring
dengan suara langkah kaki kecilnya yang mulai menjauh pikiranku semakin kacau.
Kekhawatiran menyelimuti hatiku. Aku tak tahu harus berbat apa. Bagaimanapun
aku hanya kakaknya, bukan kekasihnya, ataupun masternya. Aku hanya bisa pasrah
dengan memasang poker face andalanku.
Kapan ia akan menyadarinya?
Jawabannya tak pernah kutemukan.
'Ris! Ayo sini sarapan! Nii udah buatin masakan kesukaan kamu!' Teriakanku yang harusnya terdengar sampai lantai dua di rumah sederhana ini sama sekali tak berbalas. Berkali-kali aku berteriak mencoba menggapai Risu yang kurasa sedang berada di alam mimpi, dengan hasil yang bisa di bilang nihil. Aku yang mulai putus asa beranjak menuju kamar Risu yang berada di lantai dua. Sesampainya di sana yang aku lihat hanyalah baju-baju cosplay risu berterbangan keseluruh penjuru ruangan. 'Risuvile grantz!' Teriakku kesal. 'APA CHAMA?! RISU LAGI CARI KOSTUM TAU!' Balas Risu yang kesal. Aku tahu dia tidak suka di teriaki. Tapi kelakuannya kali ini sudah membuat kesabaranku berada di ambang batas. Aku yang kesal memilih turun dan diam di ruang tamu. Tak lama kemudian Risu pun turun dan lalu berkata dengan manja. 'Nii-chama. Kostum Risu ilang.' Aku hanya terdiam.'Nii-chama, jangan ngambek.' lanjutnya dengan manja. Dan aku masih diam. 'Chama ih, jangan ngambek. Risu kisu loh!' Lanjutnya sedikit mengancam. 'Ga takut. Suruh siapa jorok sama barang sendiri. Udah sana sarapan. Bentar lagi mau pergi ke event kan?' Balasku singkat jelas dan padat. Risu hanya cemberut sambil pergi ke dapur untuk sarapan.
Kapan ia akan menyadarinya?
Jawabannya tak pernah kutemukan.
'Ris! Ayo sini sarapan! Nii udah buatin masakan kesukaan kamu!' Teriakanku yang harusnya terdengar sampai lantai dua di rumah sederhana ini sama sekali tak berbalas. Berkali-kali aku berteriak mencoba menggapai Risu yang kurasa sedang berada di alam mimpi, dengan hasil yang bisa di bilang nihil. Aku yang mulai putus asa beranjak menuju kamar Risu yang berada di lantai dua. Sesampainya di sana yang aku lihat hanyalah baju-baju cosplay risu berterbangan keseluruh penjuru ruangan. 'Risuvile grantz!' Teriakku kesal. 'APA CHAMA?! RISU LAGI CARI KOSTUM TAU!' Balas Risu yang kesal. Aku tahu dia tidak suka di teriaki. Tapi kelakuannya kali ini sudah membuat kesabaranku berada di ambang batas. Aku yang kesal memilih turun dan diam di ruang tamu. Tak lama kemudian Risu pun turun dan lalu berkata dengan manja. 'Nii-chama. Kostum Risu ilang.' Aku hanya terdiam.'Nii-chama, jangan ngambek.' lanjutnya dengan manja. Dan aku masih diam. 'Chama ih, jangan ngambek. Risu kisu loh!' Lanjutnya sedikit mengancam. 'Ga takut. Suruh siapa jorok sama barang sendiri. Udah sana sarapan. Bentar lagi mau pergi ke event kan?' Balasku singkat jelas dan padat. Risu hanya cemberut sambil pergi ke dapur untuk sarapan.
Akupun menghela nafasku.
Bagaimanapun aku tak pernah bisa setega itu pada adikku yang satu ini. Aku
berjalan mendekatinya dan mengelus rambut Risu dengan lembut, dan setelah itu
duduk di sampingnya. 'Chama, chama! Nanti Risu mau cosu ini boleh yah?!' Tanya
Risu memecah keheningan yang menandakan dia sudab merasa baikan. 'Hmm.
Sebenernya sih nii ga setuju. Tapi ya terserah deh.' Balasku sekenanya. 'Huh!
Chama jawabnya terserah mulu!' Balas Risu kesal. Aku hanya bisa tertawa kecil.
Sejujurnya aku sama sekali tidak suka jika Risu menjadi cosplayer. Tapi aku
selalu menyingkirkan egoku agar dia tetap merasa nyaman bersamaku dan aku tetap
bisa melihat senyumnya. Orang tua kami yang telah menelantarkan kami sejak
kecil membuat aku semakin sayang kepada Risu. Keluargaku satu-satunya. Mungkin
terlalu sayang. Terlampau sauang sehingga kadang terasa sesak ketika
membayangkan Risu di foto saat cosplay dan foto itu jadi santapan publik. Entah
itu namanya cemburu atau apa. Tapi yang jelas, aku sangat takut kehilangan
Risu. Meskipun aku tahu, bahwa suatu saat nanti dia akan punya kekasih dan
berkeluarga dan ya, mungkin meninggalkanku bersama kesendirianku.
Dan meskipun di usiaku yang sudah
20 tahun, aku sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan asmara dengan
siapapun. Risu bilang jika aku memiliki kekasih maka dia juga akan memiliki
kekasih. Mungkin itu hanya bercanda, tapi mungkin itu pula yang membuatku tidak
mau mencari sesosok kekasih. Aku terlalu sayang pada Risu untuk menyerahkannya
pada orang lain. 'Chama, Risu pergi dulu ya.' Ucap Risu sambil berlalu melewati
pintu depan dan menghilang dari pandanganku. Meninggalkanku bersama
kesendirianku. Akupun bergerak menuju kamar Risu yang sudah pasti berantakan
dengan kostumnya. Sesampain di kamar Risu, aku melihat koleksi piala miliknya
yang tersusun rapih dan bersih. 'Dia benar-benar menyukai cosplay ya...'
Gumamku sendu. Aku berusaha membuang jauh pikiranku yang mulai kacau dengan
cara membersihkan dan merapihkan kamar Risu.
Setelah cukup lama merapihkan
kostum yang sudah ada di sana-sini. Gerakanku terhenti oleh sepasang kostum
yang sangat kukenal. Kostum pertama Risu. Aku membawa kostum itu dan lalu
melihat sekeliling. Berharap ada sesuatu hal yang harusnya ia masih simpan. Dan
hasilnya, aku menemukannya berada di balik piala-piala Risu. Fotoku bersama
Risu di saat dia pertama kali cosplay. Aku pun membuka lemari kaca tempat
pigura foto itu tersimpan. Dengan perlahan aku memgambil foto tersebut. Tanpa
kusadari dadaku mulai terasa sesak, mataku terasa perih. Hingga akhirnya air
mataku membasahi foto tersebut.Aku tak kuasa menahan airmataku yang semakin
deras mengalir. Aku takut kehilangan Risu, sangat takut. Aku memeluk erat
kostum yang kubawa, aku masih dapat mencium harum tubuh Risu yang menempel di
kostum itu.
Kini aku tak dapat memungkirinya. Aku telah
jatuh cinta pada adikku sendiri. Tapi bagaimana dengan perasan Risu? Semakin
jauh aku memikirkannya semakin terasa sakit, dan semakin membuat air mataku
mengalir. Tangisanku baru bisa terhenti ketika Risu pulang di sore hari. Aku
segera berbenah lagi lalu aku turun dan membukakan pintu untuk Risu. Dia
terlihat sangat lelah. Tetapi ada sesuatu yang salah dengannya. Dia hanya diam
saja dan tak berbicara sepatah katapun. Keheningan itu berlanjut hingga malam.
Kami pun akhirnya tetap saling diam hingga kami terlelap di kamar kami
masing-masing.
'Chama ini Risu. Risu mau tidur
sama chama.' Suara sendu datang dari arah pintu kamarku. 'Masuk aja.' Jawabku
yang masih setengah tertidur. Dia lalu masuk dan berbaring di sebelahku. Dia
menatapku cukup lama sampai akhirnya dia berkata 'Risu mau ngomong.' Aku yang
masih belum benar-benar sadar hanya mengangguk. 'Sebenernya Risu...' Ucap Risu
dengan nada menurun. 'Sebenernya ap...' Ucapanku terhenti ketika bibir Risu
menempel kepada bibirku. 'Risu sayang chama!' Ucapnya lantang seraya ia
memelukku erat dan membenamkan kepalanya di dadaku.
Aku yang kaget, senang, dan
bingung. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Akupun mengelus rambutnya
dengan lembut dan berkata 'Nii juga, nii sayang Risu.' dan akhirnya kami
berduapun terlelap bersama dengan pikiran kami masing-masing. Aku tidak tahu
apa yang merasukinya atau apa yang sebenarnya ia pikirkan. Yang aku tahu. Aku
mencintainya dan aku tak peduli jika ini cinta yang tak berbalas. Aku tak peduli
jika dia takkan pernah mengerti perasaanku, kekhawatiranku, ataupun
ketakutanku. Aku tak peduli jika dia tidak akan pernah berhenti cosplay. Aku
akan tetap mencintainya dan tetap menyimpan semua kekhawatiranku sendiri.
No comments:
Post a Comment