Saturday 29 December 2012

Unrequited Feeling (Indonesian Ver.)

It's rather emotional & short. Many typo (i guess?)

Nii-chama~ Risu pergi dulu ya~ dengan santainya gadis berambut hitam panjang itu pergi meninggalkan aku yang tengah termenung di tempat yang di sebut teras rumah. Dia pergi seolah-olah aku yang notabene kakaknya tidak peduli ataupun cemas akan kepergiannya. Seiring dengan suara langkah kaki kecilnya yang mulai menjauh pikiranku semakin kacau. Kekhawatiran menyelimuti hatiku. Aku tak tahu harus berbat apa. Bagaimanapun aku hanya kakaknya, bukan kekasihnya, ataupun masternya. Aku hanya bisa pasrah dengan memasang poker face andalanku.
Kapan ia akan menyadarinya?
Jawabannya tak pernah kutemukan.

                'Ris! Ayo sini sarapan! Nii udah buatin masakan kesukaan kamu!' Teriakanku yang harusnya terdengar sampai lantai dua di rumah sederhana ini sama sekali tak berbalas. Berkali-kali aku berteriak mencoba menggapai Risu yang kurasa sedang berada di alam mimpi, dengan hasil yang bisa di bilang nihil. Aku yang mulai putus asa beranjak menuju kamar Risu yang berada di lantai dua. Sesampainya di sana yang aku lihat hanyalah baju-baju cosplay risu berterbangan keseluruh penjuru ruangan. 'Risuvile grantz!' Teriakku kesal. 'APA CHAMA?! RISU LAGI CARI KOSTUM TAU!' Balas Risu yang kesal. Aku tahu dia tidak suka di teriaki. Tapi kelakuannya kali ini sudah membuat kesabaranku berada di ambang batas. Aku yang kesal memilih turun dan diam di ruang tamu. Tak lama kemudian Risu pun turun dan lalu berkata dengan manja. 'Nii-chama. Kostum Risu ilang.' Aku hanya terdiam.'Nii-chama, jangan ngambek.' lanjutnya dengan manja. Dan aku masih diam. 'Chama ih, jangan ngambek. Risu kisu loh!' Lanjutnya sedikit mengancam. 'Ga takut. Suruh siapa jorok sama barang sendiri. Udah sana sarapan. Bentar lagi mau pergi ke event kan?' Balasku singkat jelas dan padat. Risu hanya cemberut sambil pergi ke dapur untuk sarapan.
Akupun menghela nafasku. Bagaimanapun aku tak pernah bisa setega itu pada adikku yang satu ini. Aku berjalan mendekatinya dan mengelus rambut Risu dengan lembut, dan setelah itu duduk di sampingnya. 'Chama, chama! Nanti Risu mau cosu ini boleh yah?!' Tanya Risu memecah keheningan yang menandakan dia sudab merasa baikan. 'Hmm. Sebenernya sih nii ga setuju. Tapi ya terserah deh.' Balasku sekenanya. 'Huh! Chama jawabnya terserah mulu!' Balas Risu kesal. Aku hanya bisa tertawa kecil. Sejujurnya aku sama sekali tidak suka jika Risu menjadi cosplayer. Tapi aku selalu menyingkirkan egoku agar dia tetap merasa nyaman bersamaku dan aku tetap bisa melihat senyumnya. Orang tua kami yang telah menelantarkan kami sejak kecil membuat aku semakin sayang kepada Risu. Keluargaku satu-satunya. Mungkin terlalu sayang. Terlampau sauang sehingga kadang terasa sesak ketika membayangkan Risu di foto saat cosplay dan foto itu jadi santapan publik. Entah itu namanya cemburu atau apa. Tapi yang jelas, aku sangat takut kehilangan Risu. Meskipun aku tahu, bahwa suatu saat nanti dia akan punya kekasih dan berkeluarga dan ya, mungkin meninggalkanku bersama kesendirianku.
Dan meskipun di usiaku yang sudah 20 tahun, aku sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan asmara dengan siapapun. Risu bilang jika aku memiliki kekasih maka dia juga akan memiliki kekasih. Mungkin itu hanya bercanda, tapi mungkin itu pula yang membuatku tidak mau mencari sesosok kekasih. Aku terlalu sayang pada Risu untuk menyerahkannya pada orang lain. 'Chama, Risu pergi dulu ya.' Ucap Risu sambil berlalu melewati pintu depan dan menghilang dari pandanganku. Meninggalkanku bersama kesendirianku. Akupun bergerak menuju kamar Risu yang sudah pasti berantakan dengan kostumnya. Sesampain di kamar Risu, aku melihat koleksi piala miliknya yang tersusun rapih dan bersih. 'Dia benar-benar menyukai cosplay ya...' Gumamku sendu. Aku berusaha membuang jauh pikiranku yang mulai kacau dengan cara membersihkan dan merapihkan kamar Risu.
Setelah cukup lama merapihkan kostum yang sudah ada di sana-sini. Gerakanku terhenti oleh sepasang kostum yang sangat kukenal. Kostum pertama Risu. Aku membawa kostum itu dan lalu melihat sekeliling. Berharap ada sesuatu hal yang harusnya ia masih simpan. Dan hasilnya, aku menemukannya berada di balik piala-piala Risu. Fotoku bersama Risu di saat dia pertama kali cosplay. Aku pun membuka lemari kaca tempat pigura foto itu tersimpan. Dengan perlahan aku memgambil foto tersebut. Tanpa kusadari dadaku mulai terasa sesak, mataku terasa perih. Hingga akhirnya air mataku membasahi foto tersebut.Aku tak kuasa menahan airmataku yang semakin deras mengalir. Aku takut kehilangan Risu, sangat takut. Aku memeluk erat kostum yang kubawa, aku masih dapat mencium harum tubuh Risu yang menempel di kostum itu.
 Kini aku tak dapat memungkirinya. Aku telah jatuh cinta pada adikku sendiri. Tapi bagaimana dengan perasan Risu? Semakin jauh aku memikirkannya semakin terasa sakit, dan semakin membuat air mataku mengalir. Tangisanku baru bisa terhenti ketika Risu pulang di sore hari. Aku segera berbenah lagi lalu aku turun dan membukakan pintu untuk Risu. Dia terlihat sangat lelah. Tetapi ada sesuatu yang salah dengannya. Dia hanya diam saja dan tak berbicara sepatah katapun. Keheningan itu berlanjut hingga malam. Kami pun akhirnya tetap saling diam hingga kami terlelap di kamar kami masing-masing.

'Chama ini Risu. Risu mau tidur sama chama.' Suara sendu datang dari arah pintu kamarku. 'Masuk aja.' Jawabku yang masih setengah tertidur. Dia lalu masuk dan berbaring di sebelahku. Dia menatapku cukup lama sampai akhirnya dia berkata 'Risu mau ngomong.' Aku yang masih belum benar-benar sadar hanya mengangguk. 'Sebenernya Risu...' Ucap Risu dengan nada menurun. 'Sebenernya ap...' Ucapanku terhenti ketika bibir Risu menempel kepada bibirku. 'Risu sayang chama!' Ucapnya lantang seraya ia memelukku erat dan membenamkan kepalanya di dadaku.
Aku yang kaget, senang, dan bingung. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Akupun mengelus rambutnya dengan lembut dan berkata 'Nii juga, nii sayang Risu.' dan akhirnya kami berduapun terlelap bersama dengan pikiran kami masing-masing. Aku tidak tahu apa yang merasukinya atau apa yang sebenarnya ia pikirkan. Yang aku tahu. Aku mencintainya dan aku tak peduli jika ini cinta yang tak berbalas. Aku tak peduli jika dia takkan pernah mengerti perasaanku, kekhawatiranku, ataupun ketakutanku. Aku tak peduli jika dia tidak akan pernah berhenti cosplay. Aku akan tetap mencintainya dan tetap menyimpan semua kekhawatiranku sendiri.

No comments:

Post a Comment